Impian Itu Menyakitkan

Impian itu kadang kala menyakitkan, memuakkan dan bahkan menjijikkan, karena dibalik bayi yang lucu dan mungil itu, ada jeritan, ada kesakitan, ada darah yang mengalir, dibalik kepak sayap kupu kupu yang indah itu, ada kepompong yang didalamnya ada ulat yang menggeliat ingin hidup dan mati, dibalik buah yang lezat itu, ada pupuk yang terbuat dari kotoran

Impian itu membuat kita terlena, sampai kita terlupa dan tidak sadar bagaimana cara mewujudkan impian itu. Ada ribuan cara mewujudkan impian dan kita harus memilihnya. Setelah kita pilih kita harus sadar akan konsekuensinya. Dan konsekuensi yang paling fatal dan pahit adalah putus asa. Nah, keputus asaan membuat kita menyangsikan apa yang kita pilih. Akibatnya kita bisa berpindah ke cara lain dan konsekuensinya kita harus kembali ke awal. Apakah kamu mau seluruh hidupmu dimulai dari awal?

Tidak ada pilihan yang tidak mengandung resiko. Tapi orang yang sukses bisa menyikapinya. Resiko bukanlah suatu ancaman tapi adalah teman yang setia. Oleh karena itu, jika kita sudah berusaha dan mendapatkan jalan buntu maka kita harus ke kiri, kekanan atau mutar balik kembali ke jalan awal dan memulainya lagi dengan bekal pengalaman yang sudah kita dapatkan.
Memang banyak orang yang mengatakan bahwa kita harus mempunyai impian terlebih dahulu. Oleh karena itu, tidak ada salahnya punya impian yang penting kita harus punya cara untuk mewujudkannya. Berbicara tentang “cara” maka saya teringat oleh pertanyaan teman yang berkata “Apakah rejeki kamu dengan Jusuf Kalla itu sama atau beda?” Saya menjawab bahwa tidak, rejekiku berbeda antara kami berdua karena saya berasal dari orang biasa dan Jusuf Kalla berasal dari konglonmerat.
Temanku lantas berkata bahwa kamu salah kawan. Rejeki semua orang itu sama. Tuhan Maha Adil memberikan rejeki untuk semua umatnya. Bukan Tuhan namanya kalau berat sebelah atau mementingkan satu orang saja. Tuhan sudah mengatur bahwa rejeki umatnya sama semua. Nah, yang membedakan rejeki kita dengan Pak Jusuf Kalla adalah cara atau tindakan. Ayah Jusuf Kalla dulu orang biasa dari daerah dan sempat berjualan ikan keliling, tapi semangat untuk merubah hidup begitu tinggi dan Beliau tahu cara untuk mendapatkan rejeki yang sudah diatur oleh Tuhan. Dan, hasilnya bisa dilihat sekarang keluarga besar Jusuf Kalla sudah menikmati hasil jerih payahnya bertahun-tahun yang lalu sampai saat ini.
Oleh karena itu, kita harus pandai-pandai berbuat, bertindak dan memikirkan cara agar rejeki yang demikian besar dari Tuhan bisa kita dapatkan. Nah, kalau kita mempunyai impian yang besar tapi kita tak tahu bertindak kan sama saja omong kosong. Semua harus dilalui dengan berusaha dan berdoa, bukan cuma mengharap impian kita langsung terkabul tanpa adanya cara yang tepat untuk mengabulkan impian kita sendiri dengan bantuan Tuhan.
Jangan pernah menghancurkan mimpi mimpi anda dengan usaha yang  dilakukan dengan setengah hati
“Tugas kita sebenarnya bukanlah untuk berhasil. Tugas kita adalah untuk mencoba, karena didalam proses mencoba itulah kita menemukan dan belajar membangun kesempatan untuk berhasil” (Mario Teguh)
“Ukuran kesuksesan bukan kaya raya menguasai dan mempunyai segalanya, tapi sejauh mana kita mewujudkan impian
1000 orang tidak percaya pada kemampuan kita, itu tidak masalah! Tapi kalau kita tidak percaya pada diri sendiri, itu baru "bencana"!

ads

Ditulis Oleh : Unknown Hari: 3:14 AM Kategori:

0 comments:

Post a Comment

Indahnya Berbagi :